Sifat Sederhana Sebagai Akhlak Terpuji
Sederhana ialah seimbang. Seimbang antara bakhil dan royal. Seimbang antar penakut dan pemberani. Seimbang antar hidup bermewah-mewahan dan hidup melarat. Seimbang dalam berpakaian. Tidak terlalu hebat dan tidak pula sangat sederhana.
Seimbang dalam makan dan minum. Tidak makan berlebihan dan tidak pula terlalu menahan nafsu. Seimbang dalam berbicara. Tidak nyinyir memborong semua pembicaraan dalam rapat dan sebagainya. Tidak pula pendiam bungkam di saat perlu bicara. Seimbang itulah sifat yang terpuji. Firman Alloh SWT.
Surat Al-Furqan ayat 67
Maknanya :
“Dan orang-orang yang apabia membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Sifat sederhana (seimbang) itu dapat dilihat pada cara orang makan minum, cara berpakaian, cara bicara, berbelanja, bekerja, dan istirahat.
1. Sederhana dalam makan minum
Makan dan minum di saat lapar. Waktu makan tidak terlalu kenyang. Makan berlebihan menimbulkan penyakit. Usus akan bekerja lebih berat sekaligus. Perasaan menjadi tidak enak. Daya fikir menjadi kendur. Ada orang yang mengatakan “kekenyangan menimbulkan kesulitan yang tidak kurang dari kelaparan”. Kekenyangan dan kelaparan merusakkan kesehatan. Sabda Rasululloh SAW.
“Kami makan waktu sudah merasa lapar. Apabila kami makan tidak terlalu kenyang”.
Orang-orang hukama (arif bijaksana) berkata, “Jika perut sudah terlalu penuh, daya fikir menjadi lemah. Batang tubuh tidak kuat lagi beribadah”.
Cara yang baik menjaga kesehatan ialah menentukan dan menepati waktu makan. Makan pagi jam 7.00, makan siang pukul 14.00 dan waktu makan malam 19.30 umpamanya. Jam-jam yang sudah ditentukan itu tidak diubah-ubah. Makan yang teratur juga menjadikan buang air besar teratur. Buang air besar penting untuk memelihara kesehatan. Tidak teratur buang air besar merusakkan kesehatan. Ibu Sina berkata “Jauhi makan sebelum makanan yang ada dalam perutmu dicerna oleh ususmu.”
Ada riwayat bahwasanya Khalifah Harun Al Rasyid dirawat oleh seorang dokter beragama Kristen yang pinter.
Pada suatu kali dokter itu berkumpul dengan Ali bin Husein bin Waqid bersama dengan Khalifah.
Dokter itu berkata kepada Ali, “Ilmu itu dua bagian. Ilmu tubuh dan ilmu agama. Dalam kitab suci tuan (Al Qur’an) tidak ada ilmu tubuh sedikit juga.
Lantas Ali menjawab, “Alloh sudah menyimpulkan ilmu tubuh (kesehatan) hanya dalam setengah ayat saja dalam kitab-Nya.
Dokter bertanya, “Apakah ayat yang setengah itu?”
Ali berkata, “Bunyi ayat itu ialah :
Surat Al-Araaf ayat 31
“Makan dan minumlah dan jangan berlebihan sungguh Alloh tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Makanlah dengan sederhana, jangan terlalu kenyang. Dokter itu bertanya lagi. Nabi tuan tidak sedikit juga pun mengajarkan ilmu kesehatan. Lantas Ali menjawab, “Rasululloh mengajarkan ilmu kesehatan dalam beberapa perkataan yang pendek sekali”. “Apakah perkataan-perkataan itu?” desak dokter. Lantas Ali membacakan hadist :
Artinya :
“Perut itu rumah (sumber) penyakit. Penjagaan obat yang utama. Berilah badanmu makanan yang serasi.”
Setelah mendengar jawaban itu lantas dokter Kristen tersebut berkata : “Kitab dan Nabi tuan sudah mencakup selengkapnya soal (ilmu) kesehatan.”
2. Berpakaian sederhana
Berpakaian sederhana ialah memakai pakaian yang cocok dengan keadaan sesuai dengan situasi dan kondisi. Tujuan pakaian ialah menutupi tubuh untuk terpelihara dari panas dan dingin dan juga sebagai perhiasan dan keindahan. Tidaklah diperlukan pakaian yang serba mahal, perhiasan emas berlian yang gemerlapan. Kebersihan, kerapihan dan keserasian pakaian menimbulkan keindahan. Menarik perhatian orang. Pakaian yang berlebihan tidak menimbulkan keindahan bahkan kadangkala menjadi tertawaan orang.
Islam mengajarkan keindahan dan kerapihan dalam berpakaian. Yang dilarang ialah bermewah-mewahan dan sombong. Rasululloh pernah melihat seorang berpakaian tidak rapi dan bersih. Rasululloh bertanya, “Apakah ada kekayaanmu?” Jawabnya ; “Hartalu cukup, ya Rasululloh.”
Sabda Rasululloh :
“Sesungguhnya Alloh ta’ala suka manakala Ia member nikmat (rizki) kepada hambanya melihat bekasnya (ia memakai nikmat dan rizki itu).
3. Sederhana dalam pembicaraan
Sederhana dalam pembicaraan ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Berbicara di saat perlu. Diam di waktunya. Jangan bicara terus.
Mendengar pembicaraan orang lain banyak faedahnya. Bicara seperlunya itulah yang sederhana. Juga pembicaraan disesuaikan dengan taraf dan tingkat yang mendengar. Jangan bicara panjang bertele-tele dihadapan orang-orang pintar. Juga jangan berbicara terlalu pendek dimuka orang awam sehingga tidak dipahaminya.
Sabda Rasululloh :
“Berbicaralah menurut tingkat kecerdasan pendengar.”
Rasululloh juga bersabda :
Diriwayatkan Thabrani
“Siapa yang banyak bicaranya banyak salahnya. Siapa yang banyak salahnya banyak dosanya. Siapa yang banyak dosanya nerakalah tempatnya.
Gubahan penyair :
4. Sederhana berbelanja
Sederhana berbelanja ialah menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan. Memberikan perbelanjaan untuk rumah tangga. Menyumbang kepada masyarakat dan segala macam pengeluaran hendaklah seimbang dengan penghasilan. Jangan berlebihan (boros) dan jangan pula kikir. Boros dengan menurutkan hawa nafsu yang tiada ada batasnya akhirnya dapat menghancurkan usaha, jika seseorang menjadi pengusaha. Seorang pejabat negara mungkin melakukan korupsi karna sifat borosnya atau didorong untuk boros oleh keluarganya. Hidup mewah berlebih-lebihan tidaklah sifat yang baik. Masih banyak fakir miskin, kaum kerabat dan yatim piatu, begitu juga kepentingan masyarakat yang mengharapkan bantuan.
Kikir juga bukan sifat yang terpuji. Apalah gunanya harta jika tidak akan dimanfaatkan untuk diri sendiri, untuk keluarga dan untuk kepentingan umum : Harta bukan untuk dihitung-hitung begitu saja. Harta, kekayaan baru ada gunanya manakala digunakan dan dibelanjakan.
Firman Alloh SWT.
Surat Al-Israa ayat 29
Maknanya :
Janganlah kamu ikatkan tanganmu ke kudukmu (jangan kikir) dan jangan pula kamu ulurkan tanganmu seluruhnya (jangan boros). Kikir dan boros akan menjadikan kamu sedih (menyesal).
5. Sederhana waktu bekerja dan istirahat
Bekerja dengan rajin disuruh agama. Dilarang membuang-buang waktu dengan percuma tanpa amal. Duduk bermalas-malasan dilarang. Orang yang tidak mengisi waktunya dengan amal merugilah ia. Ketekunan bekerja tidak berarti orang harus memaksakan dirinya bekerja terus tanpa istirahat. Bekerja dan istirahat harus seimbang. Istirahat diperlukan untuk mengembalikan kekuatan. Istirahat di saat perlu istirahat itu juga amal. Dengan istirahat kembalilah kekuatan sehingga dapat bekerja kembali dengan segar. Seorang penulis akan timbul inspirasinya sesudah istirahat. Pikiran yang sudah buntu, kepala yang telah pusing, bdan yang semakin lemah memerlukan istirahat.
Imam Ali, semoga Alloh meridhoinya, berkata : “Tenangkanlah hatimu sewaktu-waktu.” Artinya istirahatlah di mana perlu.
Istirahat untuk mengembalikan kekuatan dan kesegaran sesudah capek bekerja harus dilakukan. Istirahat sekedar diperlukan. Istirahat yang bukan berlebihan, berlibur berkepanjangan, hidup berfoya-foya, pesiar kesana kemari, duduk-duduk terus dikursi goyang, nonton terus-menerus, akan merusakkan kesehatan dan fikiran. Orang yang tidak bekerja, setan akan memberi ia pekerjaan. Istirahat yang tidak karuan dan berlebihan sering membawa orang ke jurang kesesatan. Banyak angan-angan jahat yang timbul.
Hidup tanpa amal juga merusakkan kesehatan. Jalan darah menjadi lembek, bada merasa capek, perasaan tidak menentu. Sederhana beristirahat diperlukan untuk melanjutkan kegiatan. Kerja yang berlebihan memaksa diri tidak baik, istirahat yang berkepanjangan juga berbahaya. Sederhanalah sifat yang membahagiakan. Pembagian waktu harus diadakan dan dilaksanakan. Waktu bekerja dan istirahat harus seimbang. Ada waktu kerja dan ada pula saat istirahat.
Gubahan penyair :
Sederhana (‘iktidal) membawa kebahagiaan. Berlebihan akibatnya kesengsaraan.
Seimbang dalam makan dan minum. Tidak makan berlebihan dan tidak pula terlalu menahan nafsu. Seimbang dalam berbicara. Tidak nyinyir memborong semua pembicaraan dalam rapat dan sebagainya. Tidak pula pendiam bungkam di saat perlu bicara. Seimbang itulah sifat yang terpuji. Firman Alloh SWT.
Surat Al-Furqan ayat 67
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (٦٧)
Maknanya :
“Dan orang-orang yang apabia membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Sifat sederhana (seimbang) itu dapat dilihat pada cara orang makan minum, cara berpakaian, cara bicara, berbelanja, bekerja, dan istirahat.
1. Sederhana dalam makan minum
Makan dan minum di saat lapar. Waktu makan tidak terlalu kenyang. Makan berlebihan menimbulkan penyakit. Usus akan bekerja lebih berat sekaligus. Perasaan menjadi tidak enak. Daya fikir menjadi kendur. Ada orang yang mengatakan “kekenyangan menimbulkan kesulitan yang tidak kurang dari kelaparan”. Kekenyangan dan kelaparan merusakkan kesehatan. Sabda Rasululloh SAW.
“Kami makan waktu sudah merasa lapar. Apabila kami makan tidak terlalu kenyang”.
Orang-orang hukama (arif bijaksana) berkata, “Jika perut sudah terlalu penuh, daya fikir menjadi lemah. Batang tubuh tidak kuat lagi beribadah”.
Cara yang baik menjaga kesehatan ialah menentukan dan menepati waktu makan. Makan pagi jam 7.00, makan siang pukul 14.00 dan waktu makan malam 19.30 umpamanya. Jam-jam yang sudah ditentukan itu tidak diubah-ubah. Makan yang teratur juga menjadikan buang air besar teratur. Buang air besar penting untuk memelihara kesehatan. Tidak teratur buang air besar merusakkan kesehatan. Ibu Sina berkata “Jauhi makan sebelum makanan yang ada dalam perutmu dicerna oleh ususmu.”
Ada riwayat bahwasanya Khalifah Harun Al Rasyid dirawat oleh seorang dokter beragama Kristen yang pinter.
Pada suatu kali dokter itu berkumpul dengan Ali bin Husein bin Waqid bersama dengan Khalifah.
Dokter itu berkata kepada Ali, “Ilmu itu dua bagian. Ilmu tubuh dan ilmu agama. Dalam kitab suci tuan (Al Qur’an) tidak ada ilmu tubuh sedikit juga.
Lantas Ali menjawab, “Alloh sudah menyimpulkan ilmu tubuh (kesehatan) hanya dalam setengah ayat saja dalam kitab-Nya.
Dokter bertanya, “Apakah ayat yang setengah itu?”
Ali berkata, “Bunyi ayat itu ialah :
Surat Al-Araaf ayat 31
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (٣١)
“Makan dan minumlah dan jangan berlebihan sungguh Alloh tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Makanlah dengan sederhana, jangan terlalu kenyang. Dokter itu bertanya lagi. Nabi tuan tidak sedikit juga pun mengajarkan ilmu kesehatan. Lantas Ali menjawab, “Rasululloh mengajarkan ilmu kesehatan dalam beberapa perkataan yang pendek sekali”. “Apakah perkataan-perkataan itu?” desak dokter. Lantas Ali membacakan hadist :
Artinya :
“Perut itu rumah (sumber) penyakit. Penjagaan obat yang utama. Berilah badanmu makanan yang serasi.”
Setelah mendengar jawaban itu lantas dokter Kristen tersebut berkata : “Kitab dan Nabi tuan sudah mencakup selengkapnya soal (ilmu) kesehatan.”
2. Berpakaian sederhana
Berpakaian sederhana ialah memakai pakaian yang cocok dengan keadaan sesuai dengan situasi dan kondisi. Tujuan pakaian ialah menutupi tubuh untuk terpelihara dari panas dan dingin dan juga sebagai perhiasan dan keindahan. Tidaklah diperlukan pakaian yang serba mahal, perhiasan emas berlian yang gemerlapan. Kebersihan, kerapihan dan keserasian pakaian menimbulkan keindahan. Menarik perhatian orang. Pakaian yang berlebihan tidak menimbulkan keindahan bahkan kadangkala menjadi tertawaan orang.
Islam mengajarkan keindahan dan kerapihan dalam berpakaian. Yang dilarang ialah bermewah-mewahan dan sombong. Rasululloh pernah melihat seorang berpakaian tidak rapi dan bersih. Rasululloh bertanya, “Apakah ada kekayaanmu?” Jawabnya ; “Hartalu cukup, ya Rasululloh.”
Sabda Rasululloh :
“Sesungguhnya Alloh ta’ala suka manakala Ia member nikmat (rizki) kepada hambanya melihat bekasnya (ia memakai nikmat dan rizki itu).
3. Sederhana dalam pembicaraan
Sederhana dalam pembicaraan ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Berbicara di saat perlu. Diam di waktunya. Jangan bicara terus.
Mendengar pembicaraan orang lain banyak faedahnya. Bicara seperlunya itulah yang sederhana. Juga pembicaraan disesuaikan dengan taraf dan tingkat yang mendengar. Jangan bicara panjang bertele-tele dihadapan orang-orang pintar. Juga jangan berbicara terlalu pendek dimuka orang awam sehingga tidak dipahaminya.
Sabda Rasululloh :
“Berbicaralah menurut tingkat kecerdasan pendengar.”
Rasululloh juga bersabda :
Diriwayatkan Thabrani
“Siapa yang banyak bicaranya banyak salahnya. Siapa yang banyak salahnya banyak dosanya. Siapa yang banyak dosanya nerakalah tempatnya.
Gubahan penyair :
Pikir dahulu jika kamu hendak bicara
Jangan dimana-mana kamu membuka suara
4. Sederhana berbelanja
Sederhana berbelanja ialah menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan. Memberikan perbelanjaan untuk rumah tangga. Menyumbang kepada masyarakat dan segala macam pengeluaran hendaklah seimbang dengan penghasilan. Jangan berlebihan (boros) dan jangan pula kikir. Boros dengan menurutkan hawa nafsu yang tiada ada batasnya akhirnya dapat menghancurkan usaha, jika seseorang menjadi pengusaha. Seorang pejabat negara mungkin melakukan korupsi karna sifat borosnya atau didorong untuk boros oleh keluarganya. Hidup mewah berlebih-lebihan tidaklah sifat yang baik. Masih banyak fakir miskin, kaum kerabat dan yatim piatu, begitu juga kepentingan masyarakat yang mengharapkan bantuan.
Kikir juga bukan sifat yang terpuji. Apalah gunanya harta jika tidak akan dimanfaatkan untuk diri sendiri, untuk keluarga dan untuk kepentingan umum : Harta bukan untuk dihitung-hitung begitu saja. Harta, kekayaan baru ada gunanya manakala digunakan dan dibelanjakan.
Firman Alloh SWT.
Surat Al-Israa ayat 29
وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا (٢٩)
Maknanya :
Janganlah kamu ikatkan tanganmu ke kudukmu (jangan kikir) dan jangan pula kamu ulurkan tanganmu seluruhnya (jangan boros). Kikir dan boros akan menjadikan kamu sedih (menyesal).
5. Sederhana waktu bekerja dan istirahat
Bekerja dengan rajin disuruh agama. Dilarang membuang-buang waktu dengan percuma tanpa amal. Duduk bermalas-malasan dilarang. Orang yang tidak mengisi waktunya dengan amal merugilah ia. Ketekunan bekerja tidak berarti orang harus memaksakan dirinya bekerja terus tanpa istirahat. Bekerja dan istirahat harus seimbang. Istirahat diperlukan untuk mengembalikan kekuatan. Istirahat di saat perlu istirahat itu juga amal. Dengan istirahat kembalilah kekuatan sehingga dapat bekerja kembali dengan segar. Seorang penulis akan timbul inspirasinya sesudah istirahat. Pikiran yang sudah buntu, kepala yang telah pusing, bdan yang semakin lemah memerlukan istirahat.
Imam Ali, semoga Alloh meridhoinya, berkata : “Tenangkanlah hatimu sewaktu-waktu.” Artinya istirahatlah di mana perlu.
Istirahat untuk mengembalikan kekuatan dan kesegaran sesudah capek bekerja harus dilakukan. Istirahat sekedar diperlukan. Istirahat yang bukan berlebihan, berlibur berkepanjangan, hidup berfoya-foya, pesiar kesana kemari, duduk-duduk terus dikursi goyang, nonton terus-menerus, akan merusakkan kesehatan dan fikiran. Orang yang tidak bekerja, setan akan memberi ia pekerjaan. Istirahat yang tidak karuan dan berlebihan sering membawa orang ke jurang kesesatan. Banyak angan-angan jahat yang timbul.
Hidup tanpa amal juga merusakkan kesehatan. Jalan darah menjadi lembek, bada merasa capek, perasaan tidak menentu. Sederhana beristirahat diperlukan untuk melanjutkan kegiatan. Kerja yang berlebihan memaksa diri tidak baik, istirahat yang berkepanjangan juga berbahaya. Sederhanalah sifat yang membahagiakan. Pembagian waktu harus diadakan dan dilaksanakan. Waktu bekerja dan istirahat harus seimbang. Ada waktu kerja dan ada pula saat istirahat.
Gubahan penyair :
Suka berlebih-lebihan salah kerja yang baik ialah menangah
Sederhana (‘iktidal) membawa kebahagiaan. Berlebihan akibatnya kesengsaraan.
Posting Komentar untuk "Sifat Sederhana Sebagai Akhlak Terpuji"