Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Indahnya Seorang Jika Memiliki Sifat Penyantun

Penyantun ialah menahan diri waktu marah atau menahan diri dari apa saja yang menimbulkan marah itu. Meninggalkan membalas dendam waktu ada kesempatan. Meladeni tindakan yang tidak sopan dengan sopan santun.

Sifat penyantun suatu sifat yang terpuji dan budi pekerti yang mulia. Itulah tanda seseorang mempunyai pertimbangan yang matang, akal yang waras. Ia bisa mengendalikan dirinya. Tidak terpengaruh oleh hawa nafsu. Tidak mudah begitu saja marah dan hilang kesabarannya.

Firman Alloh SWT
Dan orang yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya (sifat demikian) menjadi tuntutan agama”.

Firman Alloh SWT.
Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Balaslah kejahatan itu dengan (tindakan) yang lebih baik, niscaya orang yang dahulunya bermusuhan dengan kamu akan menjadi teman yang setia. Dan (sifat-sifat) yang baik itu tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang sabar dan yang mendapat keuntungan yang besar.

Sabda Rasululloh Diriwayatkan oleh Thabrani dan Bizar yang Artinya :
Mau kalian saya beritakan yang akan mengokokohkan bangunan dan meninggikan derajat.” Jawab sahabat-sahabat mau Ya Rasululloh. “Rasululloh menjawab”, Santunilah orang yang tidak berlaku sopan kepadamu. Maafkanlah orang yang berbuat aniaya (salah) kepadamu. Berilah orang yang bakhil kepadamu. Hubungkanlah tali silahturahmi dengan orang-orang yang hendak memutuskannya.”

Sifat penyantun akan kentara dalam kejadian-kejadian seperti di bawah ini :
1.    Dalam pergaulan
Mau memaafkan kesalahan-kesalahan kecil dari teman sejawat. Tidak dengan mudah begitu saja mencaci maki kawan.

Gubahan penyair :
Jika kamu selalu saja mencela teman sepergaulan
Tidak aka nada teman yang tidak ada kesalahan
Kamu akan hidup terpisah sendiri atau hubungilah
Temanmu yang tentu saja sekali benar dan sekali salah

2.    Dalam bertengkar dan berdebat
Orang yang penyantun selalu menjaga kata-katanya. Ia meladeni lawannya dengan sopan-santun. Ia tidak mengucapkan kata-kata yang kasar melukai perasaan. Jika memahami keterangan lawannya betul, ia mau mengakui dan mengikuti. Ia tidak mau menang sendiri.

Firman Alloh SWT
Surat Az-Zumar ayat 17-18
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِي (١٧)الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الألْبَابِ (١٨)

Maknanya :
“Beri khabar sukalah hamba-hambaKu yang (yang mau) mendengarkan perkataan (orang) lain. Kemudian mereka mengikuti (mengakui kebenaran) perkataan yang lebih baik (benar). Orang yang demikianlah yang diberi petunjuk oleh Alloh. Mereka pulalah yang berfikir (rasionil).”

3.    Waktu marah ia dapat mengendalikan dirinya
Lidahnya tidak begitu saja dengan mudah mencaci maki. Tangan lantas naik. Menampar, meninju, dan memukul. Kakinya cepat menerjang. Sabda Rasululloh yang artinya :
Tiadalah orang yang tangkas dalam pertempuran saja. Orang yang tangkas ialah siapa yang sanggup menahan dirinya waktu marah.

Diriwayatkan : Bahwasanya seorang lelaki datang kepada Rasululloh. Ia berkata : “Ya Rasululloh, berilah aku nasihat.” Jawab Rasululloh “Janganlah kamu marah”. Ia ulangi bertanya meminta nasihat. Rasululloh tetap menjawab “Janganlah kamu marah”.

Orang arif bijaksana berkata “Tiga macam sifat tidak kentara kecuali di waktu tiga macam peristiwa, Sifat pemurah akan kentara di waktu orang sedang sulit. Sifat berani akan kentara di waktu dalam peperangan. Sifat penyantun di waktu marah”.

Di dalam suatu riwayat waktu Oemar bin Abdul Aziz sudah dinobatkan ia keluar inspeksi di malam hari dengan pengawalnya. Ia masuk masjid. Waktu ia lewat di suatu tempat yang agak gelap kakinya tertarung pada seseorang yang sedang tidur. Lantas ia bangun. Dengan mengangkat kepalanya ia berkata ; “Apakah kamu gila”. Oemar bin Abdul Azis menjawab ; “Aku tidak gila”. Lantas pengawalnya mau menghantam (memukul). Oemar bin Abdul Azis berkata, “Jangan orang ini hanya bertanya : “Apakah saya gila. Saya sudah menjawab “tidak”.

Sudah sewajarnya setiap muslim menanamkan dalam dirinya sifat penyantun dalam segala tindak tanduknya. Orang penyantun akan hidup tenang bahagia dicintai masyrakat. Dikasihi oleh Tuhan. Orang yang kasar kesat hati, mendendam, berkhusmat akan terpisah dalam pergaulan. Ia akan hidup terpencil sendirian. Tidak ada teman sejawat.

Firman Alloh SWT
Surat Ali ‘Imran ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)

Maknanya :
Manakala kamu kasar, busuk hati, niscaya mereka (sahabat-sahabatmu) akan menjauhkan diri dari kamu.”

Gubahan penyair :
Jika kamu kasar busuk hati
Semua teman sekitarmu akan lari

Sifat penyantun akan tertanam dalam diri seseorang manakala ia berlatih dan membiasakan dirinya berlaku penyantun itu. Walaupun pada mulanya berat dan sulit. Dicoba ketawa waktu terasa mau marah. Begitulah berlatih diri terus-menerus sehingga sifat penyantun itu tertanam dalam diri. Menjadi akhlak dan sifat sehari-hari yang dengan mudah dilakukan.

Sabda Rasululloh Diriwayatkan oleh Thabrani
Pengetahuan diperoleh dengan sungguh belajar. Penyantun akan menjadi sifat dengan berlatih membiasakan penyantun itu.”

Posting Komentar untuk "Indahnya Seorang Jika Memiliki Sifat Penyantun"