Penjelasan Sifat Adil Sebagai Akhlak yang baik
Adil berarti selalu menjalankan kebenaran dalam segala tindakan. Tidak keluar dari garis kebenaran itu sedikit juga. Tidak aniaya atau condong untuk melakukan keaniayaan karena salah satu tujuan. Mencari keuntungan. Membalas dendam. Menjilat kepada atasan. Takut karena ancaman. Menerima suapan dan lain-lain tindakan yang menjadikan seseorang atau hakim keluar dari garis kebenaran. Yang benar harus dikatakan benar. Yang salah harus disalahkan. Walaupun akan memberatkan atau merugikan diri sendiri. Begitulah yang seharusnya dilakukan setiap muslim sehari-hari. Apakah ia sebagai penguasa atau rakyat biasa.
Adil neraca timbangan yang diberikan Alloh untuk membela si lemah dari yang kuat berkuasa. Untuk menjaga, keseimbangan dan ketenangan dalam masyarakat. Si lemah merasa aman. Yang kuat tidak bertindak salah. Harta benda dan jiwa terpelihara. Setiap yang salah mendapat hukuman yang adil. Tidak pandang bulu. Tidak tiba di mata dipicingkan, tiba di perut dikempiskan. Keadilan neraca timbangan Alloh. Dijalankan merata dan tetap terus terjaga. Keadilan harus ditegakkan terus-menerus. Dipelihara dan dijaga bersama oleh seluruh lapisan masyarakat. Begitulah tuntutan Islam bagi seluruh muslim.
Dengan tegaknya keadilan akan aman tentramlah negara. Akan majulah bangsa. Akan makmurlah rakyatnya. Begitulah yang terjadi dalam sejarah. Keaniayaan, kekejaman, pemerasan, tindakan sewenang-wenang, mau menang sendiri selalu membawa kehancuran.
Adil dapat dibagi kepada dua bagian yaitu sebagai berikut :
1. Adil kepada diri sendiri
Adil kepada diri sendiri ialah memberikan setiap yang berhak haknya. Hak orang lain diberikannya. Jika ia menimbang barang dagangannya tidak dikurangkannya. Tidak menipu dan berdusta. Jika ia seorang hakim ia menghukum dengan adil. Tidak membedakan tinggi rendah, kaya miskin yang diadili. Semua orang sama dalam keadilan. Sebagai kepala rumah tangga ia harus berpegang kepada keadilan dalam menyelesaikan setiap perselisihan antara anggota keluarganya dengan keluarga yang lain. Tidak boleh memihak dan berat sebelah. Memihak dan berat sebelah disebabkan oleh bermacam faktor. Diantaranya sebagai berikut :
a. Kasih sayang. Sering orang yang dikasihi dibela walaupun ia salah. Ibu bapak sering membela anak-anaknya yang salah. Sifat kasih sayang tidak pantas menghilangkan keadilan.
b. Ada keuntungan yang diharapkan. Orang kaya sering dimenangkan perkaranya. Hakim yang lemah imannya menerima suapan. Orang yang berkuasa sering pula dimenangkan perkaranya atau ditutupi sama sekali kesalahannya. Tidak dibawa ke pengadilan. Hakim yang lemah imannya takut diberhentikan atau digeser jabatannya.
c. Ada juga karena terpengaruh oleh : kecantikan, pandai bicara dan merayu. Wanita cantik banyak mendapat perhatian. Sering dimenangkan walaupun ia bersalah. Sudah seharusnya setiap muslim menjaga dirinya dari pengaruh yang membawa ia keluar dari garis keadilan yang menjadi neraca timbangan Alloh untuk kebahagiaan manusia dunia akhirat. Yang salah harus dikatakan salah. Yang benar diakui kebenarannya. Keadilan tetap ditegakkan dimana saja dan setiap masa.
2. Keadilan dalam masyarakat
Menciptakan keadilan dalam masyarakat ialah kelanjutan dari keadilan setiap pribadi terhadap dirinya sendiri.
Semua anggota masyarakat hendaklah bergotong-royong menciptakan keadilan. Masyarakat ibarat suatu tubuh. Sakit satu bagian menyebabkan menderita semua anggota. Dari itu setiap ketidak adilan yang menimpa salah satu anggota masyarakat harus dibetulkan. Jika tidak ditegakkan keadilan masyarakat itu menjadi sakit. Memang, seorang yang memakan nangka semua kena getahnya. Setiap kemungkaran harus dilarang. Setiap amal baik disokong bersama. Dengan kesadaran yang menjiwai anggota-anggota masyarakat, barulah keadilan dapat diciptakan. Masyarakat menjadi sehat. Aman tentram dan tenang bahagia.
Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an Karim dan hadis-hadis Nabi Besar Muhammad SAW yang menyuruh berlaku adil. Begitu pula banyak ayat-ayat dan hadis-hadis yang melarang berbuat lalim dan memperingatkan siksaan yang berat bagi siapa saja yang keluar dari garis keadilan.
Firman Alloh SWT.
Surat An-Nahl ayat 90
Firman Tuhan lagi :
Surat An-Nissa ayat 58.
Maknanya :
“Bila mana kamu menghukum antara manusia (yang berselisih) hukumlah dengan adil (jangan berat sebelah).”
Pada ayat yang lain Tuhan berfirman :
Surat Al-Maidah ayat 8
Maknanya :
“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu tegak harus menjalankan kebenaran karena Alloh. Memberi tiru teladan yang lurus (adil). Dan janganlah kebencianmu (permusuhan) dengan sesame kamu membawa kamu tidak berlaku adil. Adillah. Itu lebih dekat kepada takwa. Takutilah Alloh. Alloh Maha Tahu segala apa yang kamu perbuat.
Hadis Nabi :
Artinya :
“Satu keaniayaan (ketidak adilan menjadi beberapa keaniayaan pada hari akhirat.”
Gubahan penyair :
Khalifah Umar bin Khatab berkirim surat kepada salah satu seorang Gubernurnya : “Manakala kekuasaanmu mendorongmu untuk berlaku lalim, ingatlah kekuasaan Alloh terhadap dirimu.”
Gubahan penyair lain :
Sahabat-sahabat telah memberikan contoh dan tiru teladan yang baik tentang berlaku adil ini. Kepada orang-orang yang berlainan agama pun mereka berlaku adil. Hutang tetap dibayar. Janji ditepati walaupun kepada siapa saja. Kaya, miskin, orang besar, dan kecil sama di hadapan hukum. Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu. Inilah rahasia persaudaraan menjadi kuat. Tidak dapat disembunyikan oleh lawan. Semua orang mengetahuinya. Di spanyol masih kentara bekas-bekasnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hakam dari Anas : Salah seorang Qibthi dari Mesir datang kepada Khalifah Umar bin Khatab. Ia berkata, “Ya Amiral Mukminim. Aku minta perlindunganmu.” Umar menjawb, “Sudah pada tempatnya kamu minta perlindungan.” Lantas ia berkata “Saya berlomba dengan anak Umar bin ‘As. Saya menang, tetapi ia memukul saya. Ia berkata : “Saya ini anak ibu bapak yang terhormat.” Lantas Umar mengirim surat meminta anak itu dibawa oleh ayahnya Umar bin ‘As. Setelah anak dan bapak itu datang, Umar memanggil anak Mesir itu. “Ambillah cambuk. Cambuklah anak yang mencambuk kamu ini!” Lantas ia mencambuknya. Umar berkata lagi, “Cambuklah anak dari ibu bapak yang terhormat ini!” Anak Mesir itupun terus mencambuk, sehingga kami kasihan melihat anak Umar bin ‘As kesakitan. Lantas Khalifah Umar bin Khatab berkata, “Sudahlah. Kamu boleh mencambuk lagi kepada saya.” Anak Mesir itu menjawab, “Anak inilah yang memukul saya. Saya sudah membalasnya.” Khalifah Umar bin Khatab berkata kepada Umar bin ‘As, “Semenjak berapa lama kamu sudah memperbudak manusia? Mereka dilahirkan ibu bapaknya merdeka (berhak mendapat keadilan).” Umar bin ‘As menjawab, “Saya tidak mengetahui, Ya Amiral Mukminim. Ia juga tidak datang kepada saya.”
Begitulah cara keadilan ditegakkan di zaman sahabat-sahabat. Walaupun anak seorang pembesar yang salah terhadap orang bawahan, hukum tetap dijalankan. Tidak pandang bulu. Itulah yang menjadikan umat Islam bersatu padu. Berjuang bahu membahu mencapai zaman gemilang.
Adil neraca timbangan yang diberikan Alloh untuk membela si lemah dari yang kuat berkuasa. Untuk menjaga, keseimbangan dan ketenangan dalam masyarakat. Si lemah merasa aman. Yang kuat tidak bertindak salah. Harta benda dan jiwa terpelihara. Setiap yang salah mendapat hukuman yang adil. Tidak pandang bulu. Tidak tiba di mata dipicingkan, tiba di perut dikempiskan. Keadilan neraca timbangan Alloh. Dijalankan merata dan tetap terus terjaga. Keadilan harus ditegakkan terus-menerus. Dipelihara dan dijaga bersama oleh seluruh lapisan masyarakat. Begitulah tuntutan Islam bagi seluruh muslim.
Dengan tegaknya keadilan akan aman tentramlah negara. Akan majulah bangsa. Akan makmurlah rakyatnya. Begitulah yang terjadi dalam sejarah. Keaniayaan, kekejaman, pemerasan, tindakan sewenang-wenang, mau menang sendiri selalu membawa kehancuran.
Adil dapat dibagi kepada dua bagian yaitu sebagai berikut :
1. Adil kepada diri sendiri
Adil kepada diri sendiri ialah memberikan setiap yang berhak haknya. Hak orang lain diberikannya. Jika ia menimbang barang dagangannya tidak dikurangkannya. Tidak menipu dan berdusta. Jika ia seorang hakim ia menghukum dengan adil. Tidak membedakan tinggi rendah, kaya miskin yang diadili. Semua orang sama dalam keadilan. Sebagai kepala rumah tangga ia harus berpegang kepada keadilan dalam menyelesaikan setiap perselisihan antara anggota keluarganya dengan keluarga yang lain. Tidak boleh memihak dan berat sebelah. Memihak dan berat sebelah disebabkan oleh bermacam faktor. Diantaranya sebagai berikut :
a. Kasih sayang. Sering orang yang dikasihi dibela walaupun ia salah. Ibu bapak sering membela anak-anaknya yang salah. Sifat kasih sayang tidak pantas menghilangkan keadilan.
b. Ada keuntungan yang diharapkan. Orang kaya sering dimenangkan perkaranya. Hakim yang lemah imannya menerima suapan. Orang yang berkuasa sering pula dimenangkan perkaranya atau ditutupi sama sekali kesalahannya. Tidak dibawa ke pengadilan. Hakim yang lemah imannya takut diberhentikan atau digeser jabatannya.
c. Ada juga karena terpengaruh oleh : kecantikan, pandai bicara dan merayu. Wanita cantik banyak mendapat perhatian. Sering dimenangkan walaupun ia bersalah. Sudah seharusnya setiap muslim menjaga dirinya dari pengaruh yang membawa ia keluar dari garis keadilan yang menjadi neraca timbangan Alloh untuk kebahagiaan manusia dunia akhirat. Yang salah harus dikatakan salah. Yang benar diakui kebenarannya. Keadilan tetap ditegakkan dimana saja dan setiap masa.
2. Keadilan dalam masyarakat
Menciptakan keadilan dalam masyarakat ialah kelanjutan dari keadilan setiap pribadi terhadap dirinya sendiri.
Semua anggota masyarakat hendaklah bergotong-royong menciptakan keadilan. Masyarakat ibarat suatu tubuh. Sakit satu bagian menyebabkan menderita semua anggota. Dari itu setiap ketidak adilan yang menimpa salah satu anggota masyarakat harus dibetulkan. Jika tidak ditegakkan keadilan masyarakat itu menjadi sakit. Memang, seorang yang memakan nangka semua kena getahnya. Setiap kemungkaran harus dilarang. Setiap amal baik disokong bersama. Dengan kesadaran yang menjiwai anggota-anggota masyarakat, barulah keadilan dapat diciptakan. Masyarakat menjadi sehat. Aman tentram dan tenang bahagia.
Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an Karim dan hadis-hadis Nabi Besar Muhammad SAW yang menyuruh berlaku adil. Begitu pula banyak ayat-ayat dan hadis-hadis yang melarang berbuat lalim dan memperingatkan siksaan yang berat bagi siapa saja yang keluar dari garis keadilan.
Firman Alloh SWT.
Surat An-Nahl ayat 90
“Sesungguhnya Alloh menyuruh berlaku adil dan berbuat baik : membantu kaum kerabat, melarang berbuat keji, mungkar, dan aniaya (tidak adil). Alloh memberikan pelajaran supaya kamu ingat.” (petunjuk-Nya ke jalan yang benar).
Firman Tuhan lagi :
Surat An-Nissa ayat 58.
Maknanya :
“Bila mana kamu menghukum antara manusia (yang berselisih) hukumlah dengan adil (jangan berat sebelah).”
Pada ayat yang lain Tuhan berfirman :
Surat Al-Maidah ayat 8
Maknanya :
“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu tegak harus menjalankan kebenaran karena Alloh. Memberi tiru teladan yang lurus (adil). Dan janganlah kebencianmu (permusuhan) dengan sesame kamu membawa kamu tidak berlaku adil. Adillah. Itu lebih dekat kepada takwa. Takutilah Alloh. Alloh Maha Tahu segala apa yang kamu perbuat.
Hadis Nabi :
Artinya :
“Satu keaniayaan (ketidak adilan menjadi beberapa keaniayaan pada hari akhirat.”
Gubahan penyair :
Kekuasaan Alloh lebih dari segalanya
Setiap orang lalim akan disiksa-Nya
Khalifah Umar bin Khatab berkirim surat kepada salah satu seorang Gubernurnya : “Manakala kekuasaanmu mendorongmu untuk berlaku lalim, ingatlah kekuasaan Alloh terhadap dirimu.”
Gubahan penyair lain :
Keadilan jiwa kehidupan sesuatu negara
Sinarnya keadilan pasti membawa kehancurannya
Sahabat-sahabat telah memberikan contoh dan tiru teladan yang baik tentang berlaku adil ini. Kepada orang-orang yang berlainan agama pun mereka berlaku adil. Hutang tetap dibayar. Janji ditepati walaupun kepada siapa saja. Kaya, miskin, orang besar, dan kecil sama di hadapan hukum. Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu. Inilah rahasia persaudaraan menjadi kuat. Tidak dapat disembunyikan oleh lawan. Semua orang mengetahuinya. Di spanyol masih kentara bekas-bekasnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hakam dari Anas : Salah seorang Qibthi dari Mesir datang kepada Khalifah Umar bin Khatab. Ia berkata, “Ya Amiral Mukminim. Aku minta perlindunganmu.” Umar menjawb, “Sudah pada tempatnya kamu minta perlindungan.” Lantas ia berkata “Saya berlomba dengan anak Umar bin ‘As. Saya menang, tetapi ia memukul saya. Ia berkata : “Saya ini anak ibu bapak yang terhormat.” Lantas Umar mengirim surat meminta anak itu dibawa oleh ayahnya Umar bin ‘As. Setelah anak dan bapak itu datang, Umar memanggil anak Mesir itu. “Ambillah cambuk. Cambuklah anak yang mencambuk kamu ini!” Lantas ia mencambuknya. Umar berkata lagi, “Cambuklah anak dari ibu bapak yang terhormat ini!” Anak Mesir itupun terus mencambuk, sehingga kami kasihan melihat anak Umar bin ‘As kesakitan. Lantas Khalifah Umar bin Khatab berkata, “Sudahlah. Kamu boleh mencambuk lagi kepada saya.” Anak Mesir itu menjawab, “Anak inilah yang memukul saya. Saya sudah membalasnya.” Khalifah Umar bin Khatab berkata kepada Umar bin ‘As, “Semenjak berapa lama kamu sudah memperbudak manusia? Mereka dilahirkan ibu bapaknya merdeka (berhak mendapat keadilan).” Umar bin ‘As menjawab, “Saya tidak mengetahui, Ya Amiral Mukminim. Ia juga tidak datang kepada saya.”
Begitulah cara keadilan ditegakkan di zaman sahabat-sahabat. Walaupun anak seorang pembesar yang salah terhadap orang bawahan, hukum tetap dijalankan. Tidak pandang bulu. Itulah yang menjadikan umat Islam bersatu padu. Berjuang bahu membahu mencapai zaman gemilang.
Posting Komentar untuk "Penjelasan Sifat Adil Sebagai Akhlak yang baik"