Menumbuhkan Sikap Hemat Dalam Islam
Hemat suatu sifat antara boros dan kikir. Berbelanja sesuai dengan kepentingan dan keadaan keuangan. Tidak boros dan tidak pula kikir. Dapat mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu hendak berlomba dengan orang-orang boros yang lebih banyak penghasilannya. Tidak mau ketinggalan. Hawa pantang kerendahan. Nafsu tidak dapat dikendalikan. Akhirnya terpaksa berhutang kesana kemari. Orang yang banyak hutangnya biasanya jatuh melarat. Harta bendanya tersita bank. Perkara demi perkara dihadapi. Nama menjadi merosot. Teman yang dekat menjadi jauh. Hidup tersisih dari masyarakat. Menjadi buah mulut orang. Itulah akibat boros (mubazir) memperturutkan hawa nafsu.
Orang yang kikir terhadap diri sendiri, anak istri dan kaum keluarga juga tidak baik. Sifat tidak mau memberi bantuan kepada fakir miskin kepada panti asuhan yatim piatu, kepada pembangunan sekolah, rumah sakit dan lain-lain kepentingan umum akan menjadikan orang tersisih dari masyarakat. Hidupnya tidak ada harganya. Hatinya tidak akan tentram. Menjadi buah mulut orang. Harta dan uang bukan untuk dikumpulkan dan dihitung-hitung saja. Tetapi harta benda itu untuk dibelanjakan dan dimanfaatkan. Ada orang begitu rupa bakhilnya, sampai kepentingan dirinya sendiri ditekan begitu rupa. Pakaian serba minim, bahkan untuk mencucinya juga diperkirakan benar. Biarlah kotor asal jangan keluar ongkos mencuci dan menggosoknya. Makanan dan minuman pun begitu rupa. Ditahannya seleranya. Walaupun ia sudah ingin sekali. Apalah gunanya kekayaan jika tidak akan dipergunakan?
Keadaan hidup dimasa depan tidak ada orang yang dapat memastikan. Seorang hartawan bisa saja dalam suatu hari menjadi fakir miskin yang sengsara. Rumah kediamannya yang sudah seperti istana terbakar habis. Kapal yang membawa barang dagangannya tenggelam. Atau gempa bumi yang dahsyat menghancurkan semua kekayaannya. Banjir membawa hanyut dan menghancurkan seluruh hartanya. Semua itu mungkin terjadi. Sudah banyak contohnya yang dilihat. Kejadian di sana sini. Dari itu tidak sewajarnya menumpuk-numpuk harta benda begitu rupa sehingga lupa kewajiban agama membayar zakat membantu masyarakat. Membiayai anak isteri dan kaum keluarga.
Suasana tetap berubah. Si hartawan bisa jatuh miskin. Sebaliknya si miskin ada harapan jadi hartawan. Dengan berhemat dan giat bekerja serta selalu menambah ilmu pengetahuan banyak orang yang semulanya hidup melarat akhirnya bahagia.
Hemat bukan saja berguna bagi diri sendiri, tetapi besar artinya untuk agama, bangsa, dan negara. Anggota masyarakat yang hemat menjadikan bangsanya kuat. Suatu bangsa yang sudah hidup bermewah-mewahan lupa daratan, berdansa-dansa, berfoya-foya menghamburkan uang untuk segala jalan yang sesat pasti akan jatuh.
Firman Alloh SWT.
Surat Al-Israa ayat 16
Maknanya :
Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Alloh) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Hemat (tidak boros dan kikir) selalu akan membawa kebahagiaan. Bangsa yang hemat akan kuat.
Firman Alloh SWT.
Surat Al-Israa ayat 29
Maknanya :
Janganlah kamu letakkan tanganmu terbelenggu ke kudukmu (jangan kikir) dan jangan pula kamu ulur lepaskan (boros) nanti kamu akan menyesal.
Pada ayat yang lain Alloh SWT. Berfirman.
Surat Al-Israa ayat 26-27
Maknanya :
Jangan kamu mubazir (boros). Sesungguhnya orang yang boros itu teman setan. Setan itu kafir (membangkang) kepada Tuhannya.
Sabda Rasululloh yang sama maksudnya dengan ayat diatas ialah :
Maknanya :
Alloh memberi rahmat seseorang yang berusaha dengan halal dan hemat berbelanja. Dan sebagian pendapatannya disediakannya (disimpannya) untuk masa depannya (waktu miskin).
Alangkah baiknya dan serasinya ajaran agama ini dengan zaman modern ini. Semua orang dari segala lapisan masyarakat memang seharusnya berlaku hemat. Pemimpin-pemimpin tidak hanya menyerukan orang atau rakyat berhemat, tetapi mereka sendiri harus membuktikan cara berhemat itu. Dimulai dari diri mereka sendiri. Anjuran dengan perbuatan, lebih berkesan daripada anjuran dengan lisan.
Anjuran agama menyuruh orang berusaha yang halal. Mencari kekayaan sebanyak mungkin untuk kepentingan umum dianjurkan. Sebaliknya sifat bakhil yang kadangkala sampai bakhil terhadap diri sendiri dilarang agama.
Gubahan penyair :
Orang yang selalu menghabiskan waktunya
Mengumpulkan harta saja
Karena takut miskin dan menderita,
Maka perbuatannya itulah miskin sebenarnya
Khalifah Abu Bakar berkata :
Aku sungguh benci ahli bait (orang-orang) yang menghabiskan
Pendapatannya beberapa hari ke dalam satu hari saja.
Khalifah Umar bin Khatab berkata :
Sesungguhnya Alloh menyukai orang yang hemat mempunyai perhitungan. Dan Alloh membenci orang yang boros berlebihan.
Orang arif bijaksana berkata :
Mendidik anak-anak dengan berhemat lebih besar artinya daripada meninggalkan harta warisan yang berlimpahan.
Salah seorang anggota parlemen Inggris berkata :
Waktu muda saya bekerja pada salah satu tambang batu bara. Saya berhemat (menyimpan) waktu musim panas untuk melanjutkan pelajaran di musim dingin. Selalu saya berbuat demikian sehingga bertambah ilmu pengetahuan saya. Akhirnya saya berhasil menjadi anggota parlemen ini.
Gubahan penyair :
Berbelanjalah sesuai dengan pendapatan Anda
Janganlah royal dan biasalah sederhana
Siapa yang membelanjakan penghasilannya sewajarnya
Ia tidak akan meminta-minta kepada siapa saja.
Sifat hemat dapat ditumbuhkan dengan membiasakan perbuatan berikut :
1. Membiasakan menyimpan. Membiasakan menyimpan sebagian dari penghasilan adalah kebiasaan yang baik. Yang perlu ialah kebiasaan. Banyak atau sedikit tidak menjadi soal. Walaupun dengan tetap menyimpan jumlah yang kecil, berlama-lama akhirnya menjadi banyak. Dari sedikit demi sedikit akhirnya menjadi bukit. Orang yang menghabiskan semua penghasilan tanpa ada simpanan tanda kurang pemikiran dan pertimbangan.
2. Jangan mau berhutang. Biasakanlah membeli dengan tunai. Jangan berhutang kepada siapapun. Berhutang pintu kehancuran. Ia ibarat perangkap yang sering mengikat leher yang berhutang. Betapa lagi jika berhutang kepada lintah darat. Bunganya selalu bertambah. Kadangkala bunga, menjadi lebih besar dari hutang semula. Dapatlah dikatakan hutang itu jurang. Jauhilah jurang. Anda tidak akan jatuh.
3. Membiasakan mencatat pemasukan dan pengeluaran. Membuat angaran belanja rumah tangga, dan mencatat pengeluaran setiap harinya adalah kebiasaan yang baik. Belanja seminggu dan sebulan kemudian dijumlahkan. Apakah sesuai dengan pendapatan atau tidak. Dengan selalu menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan orang menjadi tenang. Ia hidup dengan perhitungan. Tidak resah gelisah. Berhutang kesana kemari.
4. Mempertimbangkan apa yang akan dibeli dengan teliti. Banyak yang diingini. Tetapi tidak semua dibutuhkan. Keinginan banyak corak ragamnya. Keperluan yang sebenarnya tidak sebanyak keinginan. Dari itu berbelanja hendaklah dipertimbangkan dengan teliti. Janganlah terpedaya dengan harga murah. Barang murah biasanya tidak tahan lama. Begitu juga jangan terdorong untuk membeli karena boleh berhutang.
5. Mempertimbangkan masa depan. Memikirkan kehidupan masa depan banyak manfaatnya. Pendidikan anak-anak. Masa tua yang sering sulit. Bahaya-bahaya atau kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul. Jangan terpedaya dengan keadaan atau situasi sekarang saja walaupun bagaimana baiknya. Hidup ibarat roda sekali ke atas sekali ke bawah. Zaman bertukar suasana berubah. Hari ini menjadi pembesar yang dihormati, mungkin besok atau lusa dipecat dan menjadi rakyat biasa. Hari ini kaya mungkin besok atau lusa menjadi orang melarat terlunta-lunta. Berfikir masa depan menjadikan orang lebih berhati-hati.
Hemat dan mempertimbangkan perbelanjaan sumber kebahagiaan dan ketenangan hidup rumah tangga. Itulah sifat yang baik bagi setiap muslim. Hatinya akan tenang. Hidupnya akan terjauh dari mara bahaya.
Posting Komentar untuk "Menumbuhkan Sikap Hemat Dalam Islam"